Sebab ia mengubah segala mauku,
menelikung harap
dan membiarkan sadar ini ke lorong asa
Kudengar sayup-sayup bisikan ibu
berkelebat dari bilik rindu,
berujar tentang waktu
yang menemukan pangku kasihnya
Sesiapa sanggup bertengger di punggung murka ibu
maka ialah mata-mata terkutuk tanpa pejam
yang terjaga di sepanjang sejarah muram.
Seketika luruh badanku
merapuh sadarku dihadapan waktu yang tak punya rasa malu
Waktu menggilas apa saja
tanpa sisa, tanya, kata
atau rupa
tanpa sisa, tanya, kata
atau rupa
Ia membakar apapun yang melaluinya,
atau meniupnya menjauh ke samudera tak bertepi
Kian hari kusandarkan kekalahanku
pada selembar daun kering yang rebah dilubuk hati
Menepi
Merasai
Menunggu mati.
Kopi hitam Yogyakarta 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar