Cari Blog Ini

Rabu, 13 September 2017

KEMATIAN GURU ADALAH KERUGIAN WAKTU

I
Bukanlah nyawa terjemput sebab takdir sang kuasa, atau tercerabut paksa atas suatu musibah, melainkan mengada pada sekumtum bunga yang kehilangan sarinya, atau sepohon buah yang tak berbuah, sesumber mata air yang mengering di sudut kerling gegunungan, itulah saat dimana tuntas nyawa yang menubuh dalam raga bersendawa menuruti titah Allah ta’ala.

II
Sepanjang perjalanan masa, para guru hidup dialam kesunyian demi penerangan jejalanan para murid. Mereka singkirkan duri-duri di kaki pengetahuan agar jalanan menerang riang. Mereka merobek-robek jiwa demi terajutnya tali temali pencerahan, melapar demi satu tujuan; supaya para penempu jalan ilmu tak menemu lapar pengetahuan

III
Pada satu waktu, peristiwa mengguncang alam kesunyian, tatkala benih-benih yang mereka tanam tumbuh tanpa tau hakikat ilmu. Jiwa meradang saat bunga-bunga harapan menjelma batu karang, mengeras mengabaikan ombak,dan berpaling dari luasnya samudera, lalu tegak berdiri dan berteriak jumawa; aku berdiri diatas kakiku sendiri tanpa ada yang kuikuti, persetan deretan tuntutan yang memenjaraku dari telunjuk tuan berpengetahuan.

IV
Saat itu menangis alam raya, meraung segala fauna, mengering jutaan flora mendengar gema gaung jumawa. Terkelupas tabir kelam dihadapan para penghamba setan, kebaikan menjauh kalang kabut, sebagian menyelam ke dasar samudera, sebagian memendam di perut dunia, lenyap seketika sesinaran matahari di padang siang.

V
Bukankah kisah Bal’am bin Baurah memberi banyak hikmah, supaya keseimbangan tata nuansa tetap terjaga, atau berkaca pada kadigdayanya Barsesah yang terpuruk di lembah hitam pituturan diri yang menuai laknat ilahi. Tancapkanlah dalam jiwa tanpa tanya, bahwa kalam-kalam tak kan tercerabut dari goresannya, kalam-kalam senantiasa niscaya pada dimensi dan kedalaman aumannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog